Pasmantig

1 Comments

Kenangan tentang Pasmantig waktu aku masih junior. Gak banyak. Gak begitu bagus bahasanya mungkin. Cuma pingin diambil manfaatnya sama orang lain. 



PASMANTIG. Sebetulnya apa sih itu? Pasukan Pengibar Bendera MAN 3 Malang. Sebuah ekskul yang punya tugas khusus buat ngibarin sang saka merah putih. Sebuah ekskul yang berbentuk organisasi keterampilan. Ekskul yang dibentuk sejak 1 Juni 2000.



Tapi bukan itu poin besarnya. Aku dulu ndak begitu suka sama ekskul yang satu ini. Kerjaan cuma baris, ngibarin bendera, n "cuma" latihan fisik. Upacara yang gak sampe 1jam, persiapan ngibarin bisa lebih dari 1 bulan. Pas latihan kerjaan cuma baris kayak bebek, ekskul yang kejam, bentar-bentar push up. Tapi ya, itu dulu...pas aku masih belum ikut di dalamnya....pas aku masih males-malesnya ngaktualisasikan diriku.



Masuk MAN 3 dulu, ada tawaran buat ikut ekskul ini di awal-awal. Gak mau ikut sih awalnya, tapi akhirnya beberapa minggu menjelang event 17 Agustus, - melalui pendaftaran gelombang dua - aku mutuskan buat ikut. Toh, aku pikir habis itu aku keluar lagi. Di Pasmantig -seperti yang kuduga- isinya siksaan lahir-batin. Gak pernah ada reward, gak pernah ada pujian yang tulus, gak pernah ada senyum, gak pernah ada pembelaan, yang ada cuma hukuman, bentakan, sindiran, latihan panjang dan melelahkan tanpa satu orang seniorpun yang mau peduli soal pelajaranku yang ikut terbengkalai. Masuk sekolah nanggung beban tanda pengenal, beri hormat pada senior saat istirahat sekolah, waswas akan pengawasan senior yang tak segan memberi hukuman di tempat untuk sebuah pelanggaran. Cuma sama temen-temen satu angkatan aku bisa berbagi, itupun gak semuanya.



Dulu aku nggak ngerti, untuk apa latihan sekeras itu, bentakan-bentakan itu. Sindiran-sindiran dan hukuman. Bahkan sampai beberapa hari menjelang 17 Agustus 2007 pun aku masih belum paham. Bahkan akupun gak ngerti kenapa aku pas itu masih mau bertahan. Kukira aku gak pernah dianggep sama seniorku, sama temen-temenku. Ironis sekali untuk sebuah ekskul yang menjunjung tinggi arti kebersamaan.



Aku baru paham, apa yang sebetulnya aku pelajari di Pasmantig setelah pengibaran pertamaku. Aku gak cuma belajar mengibarkan bendera ataupun baris-berbaris. Aku belajar kedisiplinan, konsekuensi dan berani menanggung hukuman. Aku belajar untuk BERANI. Ternyata kata orang-orang memang benar, tekanan fisik dan mental -selama kita bisa mengatasinya- justru membentuk seseorang menjadi lebih baik. Aku yang sebelumnya gak pernah berani ngomong, mulai berani bicara. Gak cuma sekedar bicara, di Pasmantig aku juga belajar TEGAS, katakan hitam untuk hitam dan putih untuk putih. Apa yang aku katakan harus aku pertanggung jawabkan, bukan untuk aku sendiri tapi juga buat orang lain. Di sini, bahkan saat aku harus memimpin hitungan push-up, aku harus memperhitungkan kesanggupan yang ikut push up bersamaku. Bukan cuma itu, aku juga belajar untuk sesedikit mungkin membuat kesalahan, karena gak cuma aku sendiri yang harus nebus kesalahanku, tapi SATU PASUKAN. Mungkin gak terlihat signifikan, tapi aku mulai merasa kalau aku itu dihargai di dalam satu pasukan, walaupun mungkin gak ada yang kenal siapa namaku tapi aku tetep dikenal sebagai Paskibra MAN 3.




Aku juga belajar keikhlasan.-Dulu- Aku gak habis pikir kenapa harus berlatih keras 1 bulan, push-up sedemikian rupa, latihan fisik, dan hal-hal lain yang -menurut logika kebanyakan orang- gak nyambung buat ngibarkan bendera merah putih. Mestinya cuma belajar pengibaran doang toh?...nah, ternyata semua itu bukan tanpa arti. Pejuang Indonesia dulu perjuangannya jauh lebih berat dari itu cuma untuk ngibarkan bendera pusaka kita. Ternyata semua yang sudah aku lakukan waktu latihan, yang aku anggap sudah merupakan pengorbanan besar, ternyata gak ada apa-apanya. Aku sempet nangis setelah pengibaran, ternyata aku masih sangat egois. Aku sering ngeluh kenapa gak pernah ada reward, yang ada cuma hukuman.



Di Pasmantig aku juga belajar IKHLAS, ikhlas menjalankan tugas walaupun gak ada hadiah berwujud materi setelah tugas selesai. Aku juga jadi kenal satu semboyan -lebih baik lelah bermandi keringat saat latihan daripada gagal dalam tugas-. Aku baru sadar setelah pengibaran, ternyata dalam waktu sedemikian lama aku masih belum bisa memberikan apa yang terbaik saat tugas, karena aku masih belum total saat latihan, dan aku mulai belajar membangun komitmen.


Banyak, sebetulnya terlalu banyak buat nuliskan apa aja yang aku pelajari di Pasmantig. Walaupun memang nggak selalu menghasilkan sesuatu yang positif, tetap aku mulai belajar membentuk kepribadianku di sini. Aku berhutang pada Pasmantig. Dan tidak sedikit.




~Tulisanku saat aku ingat masa juniorku di Pasmantig dulu, masa-masa yang mungkin akan membekas dalam diriku, entah kenapa~



NB: Buat junior-juniorku: Tetep cari ilmu di sekolah dan berjuang di Pasmantig ya...

Buat temen seangkatan: Tetep semangat!!

Buat senior-seniorku: Thanks a lot, aku bisa begini juga karena kalian semua.

[...]